Seorang pemimpim pembelajaran dalam mengkritisi suatu pengambilan keputusan atau membuat suatu keputusan yang memberikan solusi terbaik untuk kemajuan seseorang/sekelompok orang harus mampu memahami dan menganalisa aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah pengambilan suatu keputusan dibuat. Kita harus mengkaji prinsip-prinsip atau nilai-nilai manakah yang cenderung sering kita gunakan, Apakah kita pernah menganalisis keputusan itu?, Bagaimana proses pengambilan keputusan tersebut?. Jika hal ini dapat dilakukan dengan sebaik mungkin maka harapan menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang lebih baik, bijaksana dan tanggungjawab akan dapat terwujud.
Dari pengalaman kita sebagai pendidik untuk murid dan rekan kerja disekolah, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi .Ketika kita menghadapkan dengan situasi dilema etika, maka akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasarinya namun bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Di samping itu kita harus menyadari pula bahwa tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema etika karena hal ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian. Artinya adalah hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar pula. Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan dengan situasi bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya mencontek, walau pun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya juga merupakan hal yang baik, tetap saja salah.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
3 prinsip pengambilan keputusan:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan:
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
- Pengujian benar atau salah, antara lain. Uji legal, Uji Regulasi, Uji Intuisi, Uji halaman depan koran dan uji panutan atau idola.
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
- Melakukan Prinsip Resolusi.
- Investigasi Opsi Trilema.
- Buat Keputusan.
- Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Jadi setelah mempelajari modul tentang pengambilan keputusan, saya menyadari bahwa banyak hal yang harus dipikirkan dengan matang dan bijaksana khususnya yang berhubungan dengan orang lain. Sering kali saya bertindak tanpa memikirkan apakah itu keputusan yang tepat untuk saya ambil. Kadang kadang saya mengambil keputusan hanya melihat satu sisi sementara ada beberapa sisi lagi yang harus diperhitungkan. Contoh hal yang sangat sederhana saya lakukan ketika menggantikan posisi koordinator buku disekolah. Awalnya saya menyerahkan masalah buku kepada rekan sejawat yang sudah 8 tahun menangani masalah buku. Saya merasa jika saya mengganti beliau, beliau akan marah dan tersinggung. Lama saya memikirkan untuk hal ini, saya takut hubungan baik saya dengan beliau tidak harmonis karena beliau termasuk orang yang sensitif. Tapi setelah mempelajari 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan membuat saya untuk berhati berhati dan berharap mengambil keputusan yang tepat. Dengan melakukan diskusi kepada beberapa guru senior dan melakukan telaah dalam pengambilan keputusan meyakinkan saya untuk menggantikan posisi beliau.
Tentunya dalam mengambil suatu keputusan dalam lingkungan sekolah tidak dapat hanya mengandalkan hawa nafsu dan hati nurani saja. Saya harus mampu mengenali kondisi dan mengidentifikasi lingkungan dan seseorang dengan melakukan diskusi ringan dengan rekan rekan sejawat yang telah lama berkecimpung dalam pembelajaran disekolah. Agar efektivits keputusan itu tepat maka perlu orang yang memiliki visi misi yang sama kedepan khususnya untuk kemajuan sekolah baik Sumber Daya Manusianya (SDM) maupun sarana prasaranya. Tentunya sebelum menyamakan persepsi kepada rekan kerja, saya memberikan informasi mengenai pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Belajar. Kegiatan sosialisasi ini bisa dilakukan perindividu atau berkelompok baik didalam ruang rapat /secara luring maupun didalam grup media sosial. Selain itu memanfaatkan papan mading sekolah untuk memberikan informasi yang telah dipelajari selama pendidikan ini. Setelah rekan sejawat memahami dan ketika mereka menghadapi sebuah kasus, kita dapat membantu rekan sejawat dengan teknik coaching dengan memperhatikan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Harapannya semua keputusan yang diambil dapat melakukan perbaikan untuk perkembangan SDM.
Setelah mempelajari modul ini saya berusaha saat ini untuk menerapkannya kepada murid dan rekan sejawat untuk menyelesaikan kasus kasus umum dan khusus yang biasanya terjadi disekolah. Banyak kasus yang terjadi dalam pembelajaran dikelas seperti murid mencontek, cabut, sering tidak membuat tugas dan lainnya. Jika dengan seketika kita marah dan memutuskan dengan hawa nafsu maka suasana pembelajaran tentunya menjadi tidak menyenangkan dan berdampak tidak baik terhadap psikologis murid. Tentunya teknik latihan kesadaran penuh (mindfulness) seperti STOP harus terlebih dilakukan sebelum mengambil keputusan. Selanjutnya kita dapat mengidentifikasi kasus dan berkoordinasi kepada orang yang terdekat dengan murid tersebut seperti orang tua, teman terdekatnya dan walikelas. Jika informasi sudah jelas kita dapat membuat 9 langkah pengambilan keputusan . Begitu juga dengan rekan kerja, jika terjadi kasus dan diputuskan tergesa gesa maka hubungan dengan rekan kerja tidak harmonis lagi atau kondisi lingkungan sekolah semakin tidak baik. Untuk itu kompotensi Sosial/Emosi dan teknik coaching dapat membantu dalam menyelesaikan masalah dengan mengkombinasikan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan.
Harapan kedepan semua warga sekolah dapan mengambil kepputusan yang tepat untuk kemajuan kompetensi diri dan sekolah itu sendiri.
![]() |




Tidak ada komentar:
Posting Komentar