Arti Sebuah Dino
Oleh Sri Rama Yanti
“Ibu, pasti seru acara final pacu jalur di Tepian Narosa” kata Kiki. “Betul Kiki, apalagi Pacu Jalur saat ini viral” sambut Ibu kiki. Mereka asyik berbincang selama perjalanan.
Tepat siang hari Kiki sampai diacara Pacu Jalur. Ribuan penonton dari berbagai pelosok memadati tepian sungai.Tepian Narosa Teluk Kuantan gemuruh. Ribuan orang memadati tepiannya, semuanya berteriak menyemangati jalur kesayangan. Kiki berdesakan di tengah keramaian bersama Ibunya, Dino dipegang erat di tangannya.
“Ayo, Kiki kita duduk di tribun utama itu” sambil telunjuk Ibu mengarah disuatu tempat.
Merekapun berjalan berdesakan ditengah keramaian menuju tribun yang dituju. Kiki akhirnya duduk disamping ibu muda yang menggendong anak berumur 2 tahun. Tiba-tiba anak kecil kecil itu menunjuk-nunjuk Dino milik Kiki sambil merengek rengek. Ibu muda kesulitan menenangkan anaknya.
“Bunda, au...au itu”ucap sianak kecil yang belum lancar berbicara itu sambil menunjuk Dino ditangan Kiki. Dia meraung raung sekuat-kuatnya sehingga ibu muda itu kesulitan untuk menenangkannya. Hati Kiki yang lembut luluh. Ia meminjamkan Dino kesayangannya pada anak itu.
Anak manis, coba lihat Dino. Mau pinjam sebentar?" tanya Kiki, hatinya yang lembut tidak tega melihat si anak menangis.
Ibu muda itu tampak lega. "Terima kasih, Nak! Janji sebentar saja ya, Dek," katanya kepada anaknya.
Si anak langsung terdiam, memeluk Dino erat-erat. Kiki senang bisa membantu. "Ayo, nak, kita beli air minum dulu. Panas sekali," ajak Ibu Kiki. Kiki mengangguk dan berpesan kepada Ibu anak itu, "Saya dan Ibu beli minum di sana ya, Tante. Jangan pergi jauh-jauh!"
Namun, yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan. Tribun yang mereka tempati harus dikosongkan untuk tamu dari pejabat dan semua pengunjung berhamburan keluar tribun.
Saat Kiki kembali, mereka tidak menemukan tante dan anaknya itu. Ibu dan anak kecil yang memegang Dino sudah hilang tanpa jejak.
Jantung Kiki berdetak kencang. "Bu! Mereka... mereka tidak ada!". Kiki dan Ibunya panik. Mereka mendorong kerumunan, mencari sosok ibu muda dan anak kecil itu. Mustahil! Di tengah padatnya penonton Pacu Jalur yang bergerak, mencari dua orang asing seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Air mata Kiki tak terbendung. Ia bukan hanya sedih karena kehilangan Dino, tapi juga merasa bersalah karena meminjamkannya kepada orang yang tidak dikenalnya.
"Dino... itu boneka dari Kakek, Bu!" isaknya. "Aku harus menemukannya!"
Ibu Kiki yang sigap langsung menggandengnya. "Tenang, Nak. Kita cari bantuan." Mereka berdua berjalan cepat menuju bagian informasi yang terletak di dekat panggung utama. Ibu menjelaskan kejadian itu kepada petugas yang bertugas.
Tak lama kemudian, sebuah suara terdengar dari pengeras suara yang menggelegar di sepanjang tepian sungai.
"PERHATIAN! Bagi seorang Ibu dengan anak kecil laki-laki memegang boneka dinosaurus berwarna hijau lusuh, dimohon segera menuju bagian Informasi. Boneka tersebut sangat berharga bagi pemiliknya, Saudara Kiki."kata petugas dengan lantang.
Kiki berdiri gelisah di samping Ibunya. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Pengumuman itu diulang berkali-kali, tapi tidak ada yang datang.
"Bagaimana kalau mereka sudah pulang, Bu? Bagaimana kalau Dino dibawa jauh?" Tiba-tiba, kebahagiaan Festival Pacu Jalur itu terasa pahit. "Kita tidak akan menyerah, Sayang," kata Ibu Kiki, memeluknya. "Kita sudah berusaha. sekarang, kita doakan Dino bertemu dengan orang yang baik."
“Ibu...mana Dino Kiki” ucap Kiki sambil menangis.
Setelah 1 jam berlalu, Kiki dan ibunya memutuskan untuk pergi. Gemuruh sorakan penonton yang bersemangat menyaksikan jalur Tuah Datuak Keramat Imbang memimpin di lintasan terasa mengejek kesedihan Kiki. Sebelum meninggalkan bagian informasi, Ibu Kiki sempat meninggalkan nomor telepon-nya kepada petugas.
Mereka berjalan gontai menuju parkiran. Tepat ketika Kiki menunduk memandangi tangannya yang kosong, ponsel Ibu Kiki berdering nyaring. Panggilan masuk dari nomor asing.
Wajah Ibu Kiki berubah tegang, lalu terkejut, dan akhirnya lega. "Alhamdulillah! Mereka menelepon, Ki! Mereka sedang di bagian Informasi! Ternyata tadi mereka harus segera naik perahu penyeberangan dan tidak sempat menunggu kita kembali. Mereka sudah mencari kita!" seru Ibu Kiki.
Ternyata, setelah kembali ke seberang sungai, Ibu muda itu merasa tidak enak hati karena memegang barang berharga milik orang lain. Ia kembali ke bagian informasi namun Kiki dan ibunya sudah pergi. Beruntung, ia bertemu petugas yang telah menyimpan kontak Ibu Kiki.
Kiki dan Ibunya bergegas menuju Tribun Utama, tempat yang disepakati sebagai titik temu. Di sana, mereka melihat ibu muda itu bersama anaknya.
Ibu muda itu langsung mendekat. "Syukurlah kalian datang! Kami sungguh minta maaf. Kami harus buru-buru menyeberang dan tidak sempat mencari kalian," katanya dengan nada menyesal.
Kiki menatap anak kecil itu dengan antusias. Ia mencari Dino, boneka kesayangannya. Namun, ia terdiam. Tangan kecil anak itu kosong.
"Dino... mana, Dek?" tanya Kiki, suaranya tercekat.
Ibu muda itu terkejut. "Astaga! Tadi dia masih memeganginya! Mungkin jatuh lagi di sekitar sini saat kami menunggu."
Jantung Kiki mencelos. Setelah perjuangan panjang, Dino hilang lagi? Kali ini, Kiki menangis sejadi-jadinya sambil berlutut. Kemudian Ia melihat ke bawah bangku, menyentuh rumput di sekelilingnya, dan memeriksa pot bunga besar di dekatnya. Nihil.
Ibu Kiki, Ibu anak kecil itu dan petugas yang ikut menemani mereka ikut mencari dengan panik.
"Lihat sekeliling saja, Nak. Siapa tahu terselip," kata Ibu Kiki.
Mata Kiki kemudian melihat sesuatu yaitu tong sampah yang dilapisi plastik besar berwarna hitam yang penuh dan tutupnya sedikit terbuka, terletak tak jauh dari bangku. Tong sampah itu baru saja digunakan oleh seorang pengunjung yang membuang sisa kotak makanan.
Kiki berpikir cepat. Anak kecil itu mungkin mengira Dino sudah tidak penting dan membuangnya saat sang Ibu lengah. Atau, anak itu mungkin hanya menjatuhkannya, dan petugas kebersihan mengira itu sampah.
Dengan hati berdebar, Kiki berjalan menuju tong sampah. Ia ragu, takut, dan jijik, tetapi ia harus melakukannya. Ia menarik tutup tong sampah itu dengan susah payah.
Kiki menjinjitkan kakinya, mencondongkan badan, dan menyisir tumpukan plastik, kertas minyak, dan botol bekas di lapisan teratas.
Tiba-tiba, di antara bungkus nasi yang kusut, Kiki melihat warna hijau lusuh yang sangat ia kenali!
"DINO ……!"
Kiki menjangkau masuk, mengabaikan bau tak sedap, dan menarik keluar boneka dinosaurus kesayangannya. Dino basah dan sedikit kotor, tapi utuh.
Kiki memeluk Dino erat-erat. Air mata yang tadi tertahan akhirnya tumpah, namun kali ini air mata lega dan bahagia. Semua orang di sekelilingnya terdiam, terkejut melihat penemuan itu.
"Ya Tuhan, Nak! Maafkan anak saya. Sungguh tidak sopan," kata Ibu muda itu, merasa sangat bersalah.
Kiki menggeleng. Ia menyeka air matanya dan memeluk Dino yang bau. "Tidak apa-apa, Tante. Aku senang dia kembali.
Sore itu, Kiki membawa Dino pulang kembali dengan perasaan bahagia ditambah lagi jalur idola Kiki yaitu Bintang Emas Cahaya Intan menjadi pemenang pada Festival Pacu Jalur Tepian Narosa 2025.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar