Senin, 06 Oktober 2025

Best Practise Pengaruh suhu,waktu dan pH KOMBUCHA


Menganalisis pengaruh suhu, pH serta waktu fermentasi pada pembuatan minuman KOMBUCHA   melalui analisis data menggunakan Artificial Intelligence (AI)

Oleh: Sri Rama Yanti


Saya adalah seorang guru IPA di Sekolah Menengah Pertama dan saat ini saya berkesempatan menjadi koordinator ekstrakurikuler IPA yang diberi nama sains club.  Sains club adalah sebuah kelompok ekstrakurikuler atau kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang berfokus pada eksplorasi dan pembelajaran ilmu pengetahuan alam. Ekstrakuriuler ini menyediakan wadah bagi murid yang memiliki minat mendalam terhadap sains seperti fisika, kimia, dan biologi.  Tujuannya adalah untuk membuat sains menjadi lebih menyenangkan, mudah dipahami dan bermakna melalui praktik langsung dan eksperimen, bukan hanya diadapat dari buku teks. Kegiatan eksplorasi dan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang saya buat tidak hanya berfokus pada hasil sesaat melainkan hasil tersebut menjadi bernilai jual tinggi dan bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal ini saya melakukan eksperimen atau percobaan dalam pembuatan minuman kombucha.

Apa itu teh kombucha? Kombucha adalah minuman teh yang dibuat melalui proses fermentasi. Proses ini melibatkan teh manis yang diseduh dengan bantuan SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast), yaitu sebuah koloni simbiosis dari bakteri dan ragi yang bekerja sama untuk mengubah gula menjadi asam asetat dan karbondioksida. Kombucha bermanfaat bagi tubuh diantaranya membantu menurunkan berat badan, mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan usus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan kanker. Banyaknya manfaat dari minuman kombucha dan terbukanya peluang usaha yang menjanjikan dimasa depan, diperlukan minuman kombucha yang berkualitas.  Agar rasa kombucha yang dihasilkan memiliki cita rasa yang baik maka perlu diperhatikan variabel-variabel seperti suhu, kondisi pH dan waktu fermentasi.  Oleh sebab itu pembuatan kombucha bukan hanya sekedar  membuat sebuah minuman, murid juga dituntut untuk mengamati pengaruh suhu dengan waktu fermentasi, pH awal dan akhir terhadap kualitas rasa.

Dalam hal ini, pengamatan yang dilakukan murid bertujuan untuk mengasah kemampuan berpikir hipotetik-deduktif murid dimana kemampuan hipotetik-deduktif pada usia remaja mulai berkembang. Kemampuan hipotetik-deduktif adalah kemampuan untuk membuat hipotesis tentang suatu masalah dan kemudian secara logis menguji hipotesis tersebut untuk menarik kesimpulan. Mereka tidak lagi hanya menerima informasi yang diberikan, melainkan mulai mempertanyakan, menganalisis, dan mencari bukti untuk mendukung atau menolak suatu gagasan. Tentunya untuk membantu murid dalam membuat hipotesis, menganalisis dan menyimpulkan hasil pengamatan diperlukan bantuan teknologi, teknologi yang berkembang dan terbaru saat ini adalah menggunakan Artificial Intelligence (AI).  Adapun praktik baik ini saya beri judul “Menganalisis pengaruh suhu, pH serta waktu fermentasi pada pembuatan minuman KOMBUCHA   melalui analisis data menggunakan Artificial Intelligence (AI)”.

Praktik baik ini merupakan pendekatan pembelajaran yang mengubah kegiatan laboratorium menjadi pengalaman belajar berbasis AI dan data sains yang mempersiapkan siswa untuk masa depan. Guru dan siswa dapat memanfaatkan AI tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi sebagai mitra analitis yang memperkaya pemahaman tentang proses fermentasi. AI berperan penting dalam pemantauan dan analisis real-time. Dalam pembuatan kombucha, faktor seperti suhu, pH, dan waktu fermentasi adalah faktor yang sangat mempengaruhi kualitas rasa. Selain mengukur variabel ini secara manual, siswa juga dapat mengolah data yang diperoleh dari pengamatan menggunakan AI seperti grafik perubahan pH dari waktu ke waktu. Berdasarkan data yang dikumpulkan, sistem AI dapat memberikan umpan balik dan panduan yang disesuaikan untuk setiap kelompok siswa. Jika kombucha mereka tidak berkarbonasi dengan baik, mereka dapat mengajukan pertanyaan ke chatbot berbasis AI, dan AI akan menganalisis data fermentasi mereka untuk memberikan rekomendasi spesifik, seperti "Tambahkan gula lebih banyak" atau "Tingkatkan suhu ruangan". AI juga dapat menyarankan eksperimen variasi rasa berdasarkan data keberhasilan dari proyek-proyek sebelumnya atau bahkan menyarankan resep baru. Dengan cara ini, siswa mendapatkan dukungan yang instan dan terpersonalisasi, mengurangi rasa frustrasi dan mempercepat proses belajar.

Integrasi AI membuka pintu untuk kolaborasi dan analisis skala besar. Data yang dikumpulkan dari semua proyek murid  dapat dianonimkan dan diunggah ke database terpusat. AI kemudian dapat menganalisis data agregat ini untuk mengidentifikasi hasil fermentasi, menemukan korelasi antara bahan dan hasil akhir, atau menunjukkan praktik terbaik yang paling sering berhasil. Murid  dapat membandingkan hasil proyek mereka dengan data dari kelompok lain, yang menumbuhkan rasa kompetisi yang sehat dan mendorong pertukaran pengetahuan. Pembelajaran tidak lagi terbatas pada pengalaman pribadi, tetapi meluas ke analisis data kolektif yang dikelola oleh kecerdasan buatan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:

1. Melakukan asesmen awal kepada murid tentang minuman-minuman fermentasi yang bermanfaat bagi tubuh termasuk teh kombucha melalui quizziz

2. Memberikan pemahaman tentang pengertian kombucha, cara membuatnya, manfaat dan peluang usaha melalui video dari youtube, gemini AI dan google.

3. Murid membuat kombucha sesuai kelompok yang telah ditentukan dengan memberikan lembar kerja cara membuta kombucha

4. Mengamati dan mencatat data secara rutin ( 7 hari berturut turut), seperti suhu, pH, dan waktu fermentasi kemudian  menganalisis data tersebut menggunakan AI dan sumber literatur  lainnya untuk menarik kesimpulan tentang faktor-faktor yang memengaruhi rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi kombucha.

5. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk laporan ilmiah dan dipresentasikan dalam bentuk canva

6. Melakukan Asesmen akhir dengan menggunakan quizziz untuk mengetahui pemahaman mereka secara individu tentang apa yang mereka pelajari.

6. Minuman yang dihasilkan dikemas dan di konsumsi oleh warga sekolah

7. Untuk  tujuan jangka panjang murid dapat membuat minuman kombucha dirumah dan dikonsumsi, selain itu juga dapat dijual belikan untuk menambah pendapatan (menumbuhkan jiwa kewirausahaan)

Langkah langkah yang dilakukan tentunya memiliki kendala dalam  proses pelaksanaannya seperti ketelitian murid dalam  mencatat data yang diinginkan, kualitas bahan-bahan membuat minuman kombucha dan pengaruh faktor biologis yang sulit dikontrol seperti lingkungan (suhu, kelembapan,dan paparan udara dapat mengubah laju dan profil fermentasi) dan keunikan SCOBY. Tentunya, kendala ini dapat diatasi dengan terus melakukan perbaikan perbaikan untuk menghasilkan minuman kombucha yang berkualitas.

Dari hasil yang diperoleh murid, murid dapat menyimpulkan bahwa suhu, pH dan waktu fermentasi mempengaruhi kualitas rasa, aroma, dan karakteristik fisikokimia lainnya. Murid menemukan rasa yang sangat asam seperti rasa cuka pada minuman kombucha jika waktu fermentasi 11 hari keatas dan memberikan rasa manis dan asam yang seimbang ketika waktu fermentasi 5- 10 hari. Waktu fermentasi yang semakin lama membuat rasa semakin asam dan tentunya nilai pH semakin kecil (dibawah 3,5). Murid juga menemukan bahwa pada suhu tinggi bisa menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota (SCOBY tidak bekerja maksimal). Bakteri asam asetat mungkin menjadi terlalu dominan, menghasilkan kombucha yang menjadi terlalu asam dalam waktu singkat, sementara khamir tidak memiliki cukup waktu untuk menghasilkan rasa yang seimbang. SCOBY berkerja maksimal disuhu 24°C hingga 30°C, pada rentang suhu ini, bakteri dan khamir dalam SCOBY bekerja paling efisien, menghasilkan keseimbangan rasa dan senyawa yang baik.

Dengan adanya hasil yang didapat murid dari pengamatan yang dilakukan, murid memiliki pengetahuan yang baik untuk membuat minuman kombucha yang berkualitas sehingga murid bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan memproduksi minuman kombucha untuk digunakan oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat. 

Pentingnya Penguatan Kebhinekaan di Satuan Pendidikan


Pentingnya Penguatan Kebhinekaan di Satuan Pendidikan

Oleh :Sri Rama Yanti


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keberagaman dari berbagai macam suku, ras, etnik, agama, budaya ,bahasa ,dan adat istiadat . Adanya keanekaragaman tersebut tentunya akan menjadi aset bangsa yang tak ternilai harganya, hal ini tentunya bangsa Indonesia yang merupakan makhluk sosial memerlukan keharmonisan dalam hidup berdampingan. Bhineka Tunggal Ika yang merupakan semboyan negara kita yang artinya berbeda beda tetap satu dijadikan sebagai dasar unuk mewujudkan persatuan dan kesatuan negara indonesia dimana kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, yakni dengan cara hidup saling menghargai satu samalain. Oleh sebab itu sebagai rakyat Indonesia harus tetap menjaga keutuhan dalam kebersamaan membangun Negara kesatuan yang majemu

Anak Indonesia merupakan generasi bangsa harus ditanamkan dari dini yaitu sejak anak anak dibangku sekolah (PAUD s/d SMA) bahwa pentingnya toleransi agar tercipta lingkungan yang harmonis dan kondusif. Maka dari itu sekolah yang merupakan satuan pendidikan yang berfungsi sebagai salah satu tempat mengembangkan dan menguatkan karakter pribadi anak didik secara menyeluruh diperlukannya pendidikan kebinekaan yang bertujuan untuk menghilangkan intoleransi yang terjadi hingga kini. Untuk mengetahui iklim kebinekaan sekolah, satuan pendidikan dapat mempelajari Rapor Pendidikan sekolah. Sekolah yang telah memiliki iklim kebinekaan yang baik ditandai dengan kondisi lingkungan sekolah yang menunjukkan adanya toleransi beragama, berbudaya dan berkomitmen kebangsaan.Hasil satuan pendidikan mengenai iklim kebinekaan diperoleh dari survei lingungan belajar yang tercakup dalam Asesmen Nasional (AN) adalah salah satu cara berbasis data yang akan mampu mendorong terciptanya lingkungan belajar dengan iklim keamanan, dan kebinekaan yang baik sebagai prasyarat pendukung pembelajaran yang berkualitas., dimana hasilnya dijadikan refleksi dan rencana tindak lanjut untuk menciptkan lingkungan sekolah yang toleran.

Banyak cara yang dilakukan satuan pendidikan untuk meningkatkan iklim kebinekaan, salah satunya memberikan ruang kepada siswa untuk saling berinteraksi secara positif dengan masyarakat dari beragam latar belakang sosial dan budaya melalui kegiatan yang terstruktur. Banyak elemen yang terlibat dalam peningkatan iklim kebinekaan diantaranya guru, kepala sekolah, orang tua dan siswa. Agar peran warga sekolah yang terlibat berfungsi dengan baik, maka pusat penguatan karakter kemendikbud memprodukdi alat bantu berupa modul, buku penduan, video edukasi, infografis yang dijadikan bekal untuk meningkatkan iklim kebinekaan. Guru sebagai fasilitator menyampaikan informasi kepada siswa perlu memahami dan mengimplementasikan dengan baik  modul yang diproduksi pusat penguatan karakter kemendikbud melalui Bale Creative Education membuat kegiatan Fasilitator BAIK. Adapun yang dipelajari dalam kegiatan tersebut modul wawasan kebinekaan global, modul di PMM,  poster pencegahan kekerasan, buku panduan kegiatan kreativ penguatan keberagaman, pemanfaatn konten digital, buku panduan orang tua PAUD dan pandukan Proyek Profil Pelajar Pancasila topik Bhineka Tunggal Ika. Untuk mengeksplorasi modul di PMM, setiap guru  dapat mengakses PMM dengan masuk ke PMM /https://guru.kemdikbud.go.id/ dengan akun “belajar.id dengan memilih pelatihan mandiri dengan topik wawasan kebinekaan global. Selain itu disekolah diperlukan mengkampanyekan pentinganya toleransi berupa poter,video dan infografis agar siswa lebih bisa menghormati dan menghargai satu sama lain. Selain itu guru juga membutuhkan forum Guru Belajar Kebhinekaan untuk berbagi praktik baik penguatan kebinekaan agar guru dpat mengimbaskan praktik baim tersebut kepada anak didik.

Adanya kolaborasi semua warga sekolah dalam menciptakan iklim kebinekaan yang baik dan linkungan belajar yang menyenangkan, dapat meminimalisir siswa yang menjadi korban diskriminasi, seperti tidak diterima oleh sekeitarnya karena identitas, latar belakang sosial dan ekonomi, kondisi fisik, latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Harapan kedepan generasi bangsa kita memiliki karakter yang baik serta sehat jasmani dan rohani.

 

Jumat, 03 Oktober 2025

Gasing "Lancang Kuning" dan Si Ujang



Gasing "Lancang Kuning" dan Ujang

Oleh: Sri Rama Yanti

Di  Kampung Rawang Kao Bara kecamatan Lubuk Dalam kabupaten Siak, suasana meriah menyambut HUT RI 80 sudah didepan mata. Tepat nantinya di tanggal 17 Agustus 2025 Festival Gasing Barembang diresmikan, tradisi yang sudah turun-temurun mengajarkan ketelitian dan kesabaran. Semua menanti juara yang gasingnya bisa berputar paling lama.

Gasing bukan mainan biasa di sini. Gasing adalah hasil karya seni. Ujang sudah berbulan-bulan membuatnya. Ia harus masuk hutan bersama Ayah untuk mencari Kayu Kulim, kayu yang keras dan terkenal paling seimbang untuk gasing.

"Ayah, kenapa kita tidak beli saja kayu di pasar?" tanya Ujang saat memanggul kayu Kulim.

Ayah tersenyum. "Gasing yang hebat itu punya jiwa, Jang. Dan jiwa itu datang dari kita sendiri yang mencarinya di hutan. Kayu Kulim ini sudah berjanji pada alam, sekarang ia akan berjanji padamu."

Selain kayu, tali gasingnya juga istimewa. Tali itu dibuat dari kulit pohon Melinjo yang dikeringkan dan dianyam Ayah hingga kuat dan mulur.

Setelah kayu didapatkan, Ujang dibantu Ayahnya menghabiskan banyak waktu untuk membuat dan mengukirnya dengan pisau kecil. Ia harus memastikan gasing itu benar-benar seimbang agar bisa berputar lama. Setelah gasing siap Ujang mengukir sendiri dengan susah payah, di bawah bimbingan ayahnya tulisan "LK" kecil di sisi bawah, dan gasing itu namai "Lancang Kuning". Ayah juga membuat dua gasing cadangan dengan kayu yang sama, bentuknya mirip, tetapi tanpa ukiran khusus itu.

Ayah Ujang, seorang mantan juara gasing desa 3 tahun berturut-turut. Sambil memegang pundak Ujang, ayah berkata “ Gasing yang seimbang mencerminkan hati yang tenang, Jang.

------------------------

Hari perlombaanpun tiba. Tibahlah waktunya  Festival Gasing Barembang di Gelanggang Gasing Antan-Antan Ma'du. Gelanggang sudah dipenuhi sorak-sorai. Giliran Ujang sebentar lagi. Ayahnya berbisik, "Kita sudah berlatih berbulan-bulan. Tunjukkan keahlianmu. Juara tahun ini akan mendapat hadiah untuk membeli buku-buku sekolahmu."

Lomba dimulai. Suara hentakan gasing dan sorakan penonton memecah suasana. Jantung Ujang berdebar kencang. Ia merogoh tasnya untuk mengambil Lancang Kuning.

Kosong!

Wajah Ujang langsung pucat. Ia mengaduk-aduk tas kanvasnya. Gasing itu benar-benar hilang!

"Yah! Gasingku hilang!" bisik Ujang panik, matanya berkaca-kaca.

Ayah Ujang ikut terkejut, namun berusaha tenang. "Jangan panik, Jang. Coba ingat, terakhir kau letakkan di mana?"

Ujang mulai mencari-cari gasingnya dengan uring-uringan. Di bawah meja juri, di balik rimbunan pohon beringin tempat mereka berlatih, bahkan di gerobak penjual es. Lomba sudah memasuki putaran akhir. Giliran Ujang dipanggil tinggal dua nama lagi.

"Tidak ada, Yah! Lancang Kuning hilang!" air mata Ujang mulai tumpah. Semua kerja kerasnya berjam-jam mengukir, menyeimbangkan, dan mengasah, musnah. Ia merasa tidak hanya kehilangan gasing, tetapi juga harapan dan kepercayaan ayahnya.

Tepat ketika nama Ujang akan dipanggil, keributan pecah. Semua mata tertuju ke sudut arena. Dua anak remaja, Ajo dan Bidin, sedang tarik-menarik satu benda sambil berteriak.

"Itu gasingku! Aku yang menemukannya!" teriak Ajo.

"Bukan! Aku yang memungutnya lebih dulu! Itu gasing milikku!" balas Bidin tak mau kalah.

Pertandingan terhenti. Juri dan panitia melerai. Ujang, didorong oleh naluri, spontan menuju ke kerumunan bersama Ayahnya. Ia melihat benda yang mereka rebutkan. Ujang dan Ayah mendekat, dan benar saja benda yang mereka perebutkan adalah gasing kayu Kulim. Bentuknya sama seperti Lancang Kuning.

Itu dia! Kata Ujang.  Gasing kayu Kulim yang mengilap. Ada sedikit goresan di sisi, gasing itu jelas miliknya.

"Itu... itu Lancang Kuning!" teriak Ujang, lalu ia meraih gasing yang diperebutkan Ajo dan Bidin.

Ajo dan Bidin serentak menoleh. "Siapa bilang itu punyamu? Aku yang menemukannya!" bentak Ajo, menarik gasing itu kembali.

"Bukan! Ujang mati-matian mempertahankan gasing itu.

Lihat ukirannya! "Aku yang membuatnya, ada ukiran khusus!" balas Ujang sambil mencoba meraba ukiran "LK" miliknya.

"Bukan! Kau jangan mencuri gasingku!" bentak Bidin, tangannya kuat menarik balik gasing itu.  Tiga orang berebut satu gasing di tengah lingkaran arena. Kekacauan memuncak. Ayah Ujang berusaha menengahi, sementara para penonton kebingungan.

Di tengah kericuhan itu, seorang ibu muda dengan wajah lembut muncul. Ia menuntun anaknya yang masih berusia empat tahun. Anak kecil itu memegang sesuatu di kedua tangannya.

"Permisi... Maaf mengganggu," kata Ibu itu dengan suara tenang. "Anak saya menemukan dua gasing ini di dekat rimbunan rumput di pinggir jalan tadi. Mungkin ini milik kalian?"

Semua mata tertuju pada dua gasing di tangan anak kecil itu. Mereka semua, termasuk Ajo, Bidin, Ujang, dan Ayahnya, terdiam. Dua gasing yang dibawa anak kecil itu itu persis seperti Lancang Kuning. Mereka sama-sama terbuat dari kayu Kulim, bentuknya sama persis.

Ujang menatap gasing yang baru ia rebut. Lalu ia melihat dua gasing di tangan anak kecil itu. Ia teringat. Sehari sebelum lomba, Ayahnya memang sengaja membuat dua gasing cadangan jika Lancang Kuning utama retak saat diputar.

"Ya Tuhan!" Ujang terkejut. Gasing andalannya, Lancang Kuning dengan ukiran 'LK' di sisinya, ada di tangan anak kecil itu! Rupanya, dalam kepanikannya, ia tidak sengaja menjatuhkan gasing andalan, tetapi malah gasing cadangan yang hiang dalam tas yang ia cari.

Lebih mengejutkan lagi, Bidinlah yang mengambil gasing cadangan di tas Ujang .Bidin tertunduk malu dan hanya diam membisu.Sementara Ajo merasa bersalah karena mengaku ngaku gasing yang direbutkannya dengan Bidin adalah miliknya. Ajo terpaksa melakukannya karena ia ingin ikut  lomba gasing, tapi ia tidak memilki gasing.

Semua kembali hening. Gasing Lancang Kuning  yang hilang sesungguhnya bukan ditangan Ajo dan Bidin.  Ajo dan Bidin yang terdiam semakin tertunduk malu.

Ujang mengambil gasing dari tangan anak kecil itu. "Terima kasih, Bu," katanya lega. Ia lalu mengamati gasing  yang ia rebut dari Ajo dan Bidin dan dua gasing dari anak itu.

Tiba-tiba, mata Ujang tertuju pada salah satu gasing cadangan. Ia membaliknya, dan benar saja, di salah satu gasing itu terdapat goresan yang lebih tipis, ukiran kecil bertuliskan "LK", sebuah tanda rahasia yang hanya ia dan Ayahnya tahu, bukan di bagian bawah, tapi di sisi gasing. Ternyata gasing yang dibawa ibu dan anaknya adalah yang asli.

Ujang mendapatkan Lancang Kuningnya kembali. Ia memeluknya erat, air mata haru bercampur lega.

"Ini gasingmu," kata Ujang, menyerahkan gasing cadangan kepada Ajo agar dia bisa ikut lomba gasing ini. Ajo terharu dan meminta maaf kepada Ujang

Lalu, Ujang menatap Bidin yang menunduk malu. "Dan ini gasing yang tadi kau ambil," kata Ujang pelan, menyerahkan gasing cadangan yang Bidin curi. "Ambillah. Kau tidak akan juara dengan mencuri. Tapi kau bisa belajar membuat yang lebih baik."

Bidin terkejut. Ia menangis dan meminta maaf kepada Ujang.

___________

"Ujang! Giliranmu!" seru juri.

Dengan hati yang tenang dan lega, Ujang maju. Ia melilitkan tali kulit pohon Melinjo di Lancang Kuning, lalu menariknya kuat.

Ujang maju ke tengah arena, hati yang tadinya panik kini kembali tenang, seimbang, seperti filosofi gasing ayahnya. Dengan sekali tarikan kuat dan seimbang, ia melempar Lancang Kuning.

Wiiiiing!

Gasing itu berputar sempurna, stabil, dan anggun. Ia terus berputar, melampaui semua peserta sebelumnya. Hampir tiga menit.

Ujang menang! Ia mendapatkan hadiah buku sekolahnya. Tetapi, ia tahu kemenangan terbesarnya hari itu adalah ketika ia memilih memaafkan dan memberikan gasing cadangan itu. Semua ini adalah pelajaran dari gasing Lancang Kuning.  Ia tidak hanya memenangkan lomba, tetapi juga belajar tentang arti kesabaran dan kejujuran.

 

 

 

 

 

 

 






Senin, 29 September 2025

Cerpen Anak "Arti Sebuah Dino"

Arti Sebuah Dino

Oleh Sri Rama Yanti

Kiki adalah seorang bocah yang berumur 10 tahun dan penjaga paling setia dari Dino, boneka dinosaurus hijau yang sudah lusuh. Dino bukan hanya sekadar mainan bagi Kiki, ia adalah pemberian hadiah ulang tahun dari almarhum kakek, simbol cinta dan kenangan yang selalu menemani Kiki dimanapun berada. Minggu sore itu, Kiki bersama keluarganya berangkat dari Pekanbaru menuju Kabupaten Kuantan Singingi untuk menonton Festival Pacu Jalur Tepian Narosa

“Ibu, pasti seru acara final pacu jalur  di Tepian Narosakata Kiki. “Betul Kiki, apalagi Pacu Jalur saat ini viral” sambut Ibu kiki. Mereka asyik berbincang selama perjalanan. 

Tepat siang hari Kiki sampai diacara Pacu Jalur. Ribuan penonton dari berbagai pelosok memadati tepian sungai.Tepian Narosa Teluk Kuantan gemuruh. Ribuan orang memadati tepiannya, semuanya berteriak menyemangati jalur kesayangan. Kiki berdesakan di tengah keramaian bersama Ibunya, Dino dipegang erat di tangannya.

“Ayo, Kiki kita duduk di tribun utama itu” sambil telunjuk Ibu mengarah disuatu tempat. 

Merekapun berjalan berdesakan ditengah keramaian menuju tribun yang dituju. Kiki akhirnya duduk disamping ibu muda yang menggendong anak berumur 2 tahun. Tiba-tiba anak kecil kecil itu menunjuk-nunjuk Dino milik Kiki sambil merengek rengek. Ibu muda kesulitan menenangkan anaknya. 

“Bunda, au...au itu”ucap sianak kecil yang belum lancar berbicara itu sambil menunjuk Dino ditangan Kiki. Dia meraung raung sekuat-kuatnya sehingga ibu muda itu kesulitan untuk menenangkannya. Hati Kiki yang lembut luluh. Ia meminjamkan Dino kesayangannya pada anak itu.

Anak manis, coba lihat Dino. Mau pinjam sebentar?" tanya Kiki, hatinya yang lembut tidak tega melihat si anak menangis.

Ibu muda itu tampak lega. "Terima kasih, Nak! Janji sebentar saja ya, Dek," katanya kepada anaknya.

Si anak langsung terdiam, memeluk Dino erat-erat. Kiki senang bisa membantu. "Ayo, nak, kita beli air minum dulu. Panas sekali," ajak Ibu Kiki. Kiki mengangguk dan berpesan kepada Ibu anak itu, "Saya dan Ibu beli minum di sana ya, Tante. Jangan pergi jauh-jauh!"

Namun, yang terjadi selanjutnya adalah kekacauan. Tribun yang mereka tempati harus dikosongkan untuk tamu dari pejabat dan semua pengunjung berhamburan keluar tribun. 

Saat Kiki kembali, mereka tidak menemukan tante dan anaknya itu. Ibu dan anak kecil yang memegang Dino sudah hilang tanpa jejak.

Jantung Kiki berdetak kencang. "Bu! Mereka... mereka tidak ada!". Kiki dan Ibunya panik. Mereka mendorong kerumunan, mencari sosok ibu muda dan anak kecil itu. Mustahil! Di tengah padatnya penonton Pacu Jalur yang bergerak, mencari dua orang asing seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Air mata Kiki tak terbendung. Ia bukan hanya sedih karena kehilangan Dino, tapi juga merasa bersalah karena meminjamkannya kepada orang yang tidak dikenalnya.

"Dino... itu boneka dari Kakek, Bu!" isaknya. "Aku harus menemukannya!"

Ibu Kiki yang sigap langsung menggandengnya. "Tenang, Nak. Kita cari bantuan." Mereka berdua berjalan cepat menuju bagian informasi yang terletak di dekat panggung utama. Ibu menjelaskan kejadian itu kepada petugas yang bertugas.

Tak lama kemudian, sebuah suara terdengar dari pengeras suara yang menggelegar di sepanjang tepian sungai.

"PERHATIAN! Bagi seorang Ibu dengan anak kecil laki-laki memegang boneka dinosaurus berwarna hijau lusuh, dimohon segera menuju bagian Informasi. Boneka tersebut sangat berharga bagi pemiliknya, Saudara Kiki."kata petugas dengan lantang.

Kiki berdiri gelisah di samping Ibunya. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Pengumuman itu diulang berkali-kali, tapi tidak ada yang datang.

"Bagaimana kalau mereka sudah pulang, Bu? Bagaimana kalau Dino dibawa jauh?" Tiba-tiba, kebahagiaan Festival Pacu Jalur  itu terasa pahit. "Kita tidak akan menyerah, Sayang," kata Ibu Kiki, memeluknya. "Kita sudah berusaha. sekarang, kita doakan Dino bertemu dengan orang yang baik."

 “Ibu...mana Dino Kiki” ucap Kiki sambil menangis.

Setelah 1 jam berlalu, Kiki dan ibunya memutuskan untuk pergi. Gemuruh sorakan penonton yang bersemangat menyaksikan jalur Tuah Datuak Keramat Imbang memimpin di lintasan terasa mengejek kesedihan Kiki. Sebelum meninggalkan bagian informasi, Ibu Kiki sempat meninggalkan nomor telepon-nya kepada petugas.

Mereka berjalan gontai menuju parkiran. Tepat ketika Kiki menunduk memandangi tangannya yang kosong, ponsel Ibu Kiki berdering nyaring. Panggilan masuk dari nomor asing.

Wajah Ibu Kiki berubah tegang, lalu terkejut, dan akhirnya lega. "Alhamdulillah! Mereka menelepon, Ki! Mereka sedang di bagian Informasi! Ternyata tadi mereka harus segera naik perahu penyeberangan dan tidak sempat menunggu kita kembali. Mereka sudah mencari kita!" seru Ibu Kiki.

Ternyata, setelah kembali ke seberang sungai, Ibu muda itu merasa tidak enak hati karena memegang barang berharga milik orang lain. Ia kembali ke bagian informasi namun Kiki dan ibunya sudah pergi. Beruntung, ia bertemu petugas yang telah menyimpan kontak Ibu Kiki.

Kiki dan Ibunya bergegas menuju Tribun Utama, tempat yang disepakati sebagai titik temu. Di sana, mereka melihat ibu muda itu bersama anaknya.

Ibu muda itu langsung mendekat. "Syukurlah kalian datang! Kami sungguh minta maaf. Kami harus buru-buru menyeberang dan tidak sempat mencari kalian," katanya dengan nada menyesal.

Kiki menatap anak kecil itu dengan antusias. Ia mencari Dino, boneka kesayangannya. Namun, ia terdiam. Tangan kecil anak itu kosong.

"Dino... mana, Dek?" tanya Kiki, suaranya tercekat.

Ibu muda itu terkejut. "Astaga! Tadi dia masih memeganginya! Mungkin jatuh lagi di sekitar sini saat kami menunggu."

Jantung Kiki mencelos. Setelah perjuangan panjang, Dino hilang lagi? Kali ini, Kiki menangis sejadi-jadinya sambil berlutut. Kemudian Ia melihat ke bawah bangku, menyentuh rumput di sekelilingnya, dan memeriksa pot bunga besar di dekatnya. Nihil.

Ibu Kiki, Ibu anak kecil itu dan petugas yang ikut menemani mereka ikut mencari dengan panik.

"Lihat sekeliling saja, Nak. Siapa tahu terselip," kata Ibu Kiki.

Mata Kiki kemudian melihat sesuatu yaitu tong sampah yang dilapisi plastik besar berwarna hitam  yang penuh dan tutupnya sedikit terbuka, terletak tak jauh dari bangku. Tong sampah itu baru saja digunakan oleh seorang pengunjung yang membuang sisa kotak makanan.

Kiki berpikir cepat. Anak kecil itu mungkin mengira Dino sudah tidak penting dan membuangnya saat sang Ibu lengah. Atau, anak itu mungkin hanya menjatuhkannya, dan petugas kebersihan mengira itu sampah.

Dengan hati berdebar, Kiki berjalan menuju tong sampah. Ia ragu, takut, dan jijik, tetapi ia harus melakukannya. Ia menarik tutup tong sampah itu dengan susah payah.

Kiki menjinjitkan kakinya, mencondongkan badan, dan menyisir tumpukan plastik, kertas minyak, dan botol bekas di lapisan teratas.

Tiba-tiba, di antara bungkus nasi yang kusut, Kiki melihat warna hijau lusuh yang sangat ia kenali!

"DINO ……!"

Kiki menjangkau masuk, mengabaikan bau tak sedap, dan menarik keluar boneka dinosaurus kesayangannya. Dino basah dan sedikit kotor, tapi utuh.

Kiki memeluk Dino erat-erat. Air mata yang tadi tertahan akhirnya tumpah, namun kali ini air mata lega dan bahagia. Semua orang di sekelilingnya terdiam, terkejut melihat penemuan itu.

"Ya Tuhan, Nak! Maafkan anak saya. Sungguh tidak sopan," kata Ibu muda itu, merasa sangat bersalah.

Kiki menggeleng. Ia menyeka air matanya dan memeluk Dino yang bau. "Tidak apa-apa, Tante. Aku senang dia kembali. 

Sore itu, Kiki membawa Dino pulang kembali dengan perasaan bahagia ditambah lagi jalur idola Kiki  yaitu Bintang Emas Cahaya Intan menjadi pemenang pada Festival Pacu Jalur Tepian Narosa 2025.


Minggu, 21 September 2025

Cerpen Udin, Sang Penjaga Balimau Kasai

Udin, Sang Penjaga Balimau Kasai

Oleh: Sri Rama Yanti

Disebuah desa terpencil dekat tepian sungai Kampar hiduplah seorang anak laki-laki yang tinggal bersama kakeknya yang sangat sepuh. Anak itu bernama Udin. Udin adalah seorang  anak yang berumur empat belas tahun dengan perawakan kurus, berkulit hitam dan memilki semangat yang tak kenal lelah. Udin sudah lama menjadi anak yatim piatu . Udin sangat mencintai kampungnya dan kondisi alam tempat tinggalnya.

Seperti biasanya setiap pagi Udin mandi di sungai Kampar. Ketika mandi, Udin merasa ada yang salah dengan Sungai Kampar. Sungai yang selama ini menjadi nadi desa mereka, kini mulai berubah. Bau amis yang aneh tercium, dan buih-buih putih tebal mengambang di permukaan air, tersangkut di antara batang-batang pohon. Ini adalah bencana, apalagi bagi Udin yang sangat menantikan tradisi Balimau Kasai. Balimau Kasai adalah tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun, mandi dengan air dari sungai Kampar yang dicampur dengan perasan jeruk dicampur dengan ramuan tradisional seperti beras,kunyit dan bunga bunga. Tradisi ini dilakukan satu hari sebelum datangnya bulan suci Ramadan.

Sejak enam bulan lalu, suasana desa mereka memang sudah tidak seperti dulu lagi semenjak tuan Riko datang kedesa mereka. Tuan Riko, seorang pengusaha kaya raya dari kota datang dan membeli lahan di hulu sungai. "Kami akan membangun pabrik pengolahan kelapa sawit di sini," katanya di hadapan seluruh warga. "Akan ada banyak pekerjaan, desa ini akan maju!" tambahnya lagi.

Sebagian besar warga terlena. Mereka tergiur dengan melihat uang yang banyak dan janji-janji manis yang diucapkan tuan Riko. Hanya segelintir orang yang ragu, termasuk Kakek Udin, seorang tetua adat yang sangat dihormati. "Hati-hati, rezeki tidak akan berkah jika datang dari sungai yang ternoda," Ucap kakek dengan nada pelan namun tegas.

Hari Balimau Kasai semakin dekat,  kecemasan Udin semakin memuncak. Seminggu yang lalu, ia melihat sebuah pipa besar tersembunyi di balik semak-semak, mengalirkan cairan keruh dan berbau busuk ke sungai. Itu pasti dari pabrik Tuan Riko.

Udin berlari sekuat tenaga menemui Kakek. "Kakek, ini gawat! Sungai kita diracuni!" katanya dengan nafas terengah-engah.

Kakek hanya menghela nafas panjang sambil berkata "Sudah Kakek duga. Tapi, banyak orang yang takut bicara. Mereka butuh pekerjaan, Udin. Mereka percaya pada janji Tuan Riko."

Pada rapat desa terakhir menjelang Balimau Kasai, Udin memberanikan diri. Meski suaranya bergetar, ia berdiri di hadapan semua orang. "Kita tidak bisa melakukan Balimau Kasai di air kotor! Ini bukan hanya masalah mandi, tapi janji kita kepada nenek moyang kita! Balimau Kasai adalah tentang membersihkan diri dan sungai, bukan mengotorinya!"

Tuan Riko, yang juga hadir, tertawa sinis. "Ah, cuma tradisi kuno. Airnya sedikit keruh tidak akan membahayakan dan membunuh siapa pun. Lagipula, saya punya solusi. Kita bisa mengadakan Balimau Kasai di kolam renang buatan saya. Lebih bersih dan modern!"

Beberapa warga mengangguk, terpengaruh oleh ucapan Tuan Riko. Mereka tampak ragu antara menjaga tradisi dan mendengarkann ucapan tuan Riko. Udin merasa hatinya teriris-iris. Kata-kata Tuan Riko tidak hanya merendahkan tradisi, tetapi juga merendahkan harkat martabat desa mereka.

Malam itu, Udin tidak bisa tidur. Bayangan sungai yang tercemar dan wajah khawatir kakek terus menghantuinya. Ia berpikir keras. Berdebat dengan Tuan Riko tidak akan berhasil. Ia butuh cara lain yang bisa menggerakkan hati orang-orang.

Keesokan paginya, ia mengumpulkan teman-temannya di tepi sungai. "Kita tidak bisa biarkan ini terjadi! Kita bersihkan sungai ini sendiri!" ajaknya.

Nila, temannya, menatapnya ragu. "Tapi, bagaimana? Sungai ini terlalu besar, sampahnya terlalu banyak."

Udin tidak menyerah. "Kita tidak bisa membersihkan semuanya, tapi kita bisa menunjukkan tekad kita. Jika kita membersihkan satu bagian, mungkin yang lain akan ikut membantu!"

Dengan tekad bulat, mereka mulai bekerja. Dengan sarung tangan seadanya, mereka memungut sampah plastik dan botol yang mengambang. Mereka menyingkirkan ranting-ranting yang tersangkut dan membersihkan lumpur di tepi sungai. Kakek datang dan ikut membantu, membawa kantong-kantong besar.

"Kerja bagus, Cucu," puji Kakek. "Inilah makna Balimau Kasai yang sesungguhnya."

Aksi Udin dan teman-temannya menarik perhatian warga. Beberapa ibu-ibu yang awalnya memilih diam, kini ikut membawa sapu lidi dan karung. Para pemuda yang tadinya hanya menonton, kini ikut menceburkan diri, membantu membersihkan bagian sungai yang lebih dalam. Semangat gotong royong menyebar seperti percikan api.

Rupanya, Tuan Riko melihat semua itu. Ia datang ke tepi sungai, wajahnya memerah. "Apa-apaan ini? Kalian membuang-buang waktu!" kata tuan Riko

Kakek berdiri tegak, memandang Tuan Riko dengan tatapan tajam. "Tuan Riko, ini bukan buang-buang waktu. Kami sedang menunjukkan bahwa Balimau Kasai tidak bisa diganti. Nilai-nilai di dalamnya jauh lebih berharga daripada semua uang yang Tuan tawarkan."

Tuan Riko terdiam. Ia melihat semangat gotong royong yang tidak pernah ia temui di kota. Ia melihat kebersamaan yang tak bisa dibeli. Ia menatap wajah-wajah tulus warga desa yang bekerja keras demi tradisi mereka.

Malam harinya, setelah sungai terlihat lebih baik, Tuan Riko menemui Kakek dan berkata "Saya salah, kakek. Saya tidak mengerti. Saya akan menghentikan pembuangan limbah ke sungai. Dan saya akan membangun sistem pengolahan limbah yang lebih baik agar air tidak tercemar lagi."

Hari Balimau Kasai akhirnya tiba. Sungai kembali mengalir dengan lebih jernih. Aroma wangi dari bunga dan dedaunan yang dibawa warga memenuhi udara. Udin menceburkan diri, merasakan air sungai tidak hanya membersihkan tubuhnya, tetapi juga hatinya dari rasa cemas dan kekhawatiran.

Balimau Kasai tahun itu menjadi yang paling berkesan. Tradisi itu tidak hanya terlaksana, tetapi juga menjadi bukti bahwa kearifan lokal bisa menjadi kekuatan untuk melawan segala tantangan modern. Dan Udin, anak kecil yang berani, telah membuktikan bahwa satu keberanian bisa menggerakkan seluruh desa.

 

Rabu, 11 Januari 2023

Puisi

 

Sinar Dunia

Karya Sri Rama Yanti



Disudut ruang itu

engkau duduk dengan wajah sendu

meraba raba dunia dengan kerapuhanmu

sambil menunggu harapan yang tak pasti

 

Tubuhmu yang mulai ringkih

 berpikir untuk terus bertahan hidup

dengan gaji seadanya tidak membuatmu putus asa

engkau terus mengibarkan semangat

demi secercah harapan untuk penerus negeri ini

 

Sepatu yang mulai menganga

Tas yang robek sana sini

Baju yang kusam tak berona

tidak memudarkan sinar wajahmu

yang selalu menjadi penerang negeri ini

 

Teruslah engkau menjadi sosok guru

selalu menyebarkan cahaya ilmu dalam setiap tarikan nafasmu

Ilmumu bagaikan magnet yang selalu membuat kami haus ilmu

 

Engkau guruku

selalu berkarya walau dapurmu belum tentu berasap

selalu tersenyum walau hidupmu susah

apapun kondisimu seisi dunia tahu

bahwa engkau adalah sinar dunia yang kelak menjadi penghuni surgaMu


Pekanbaru 18 November 2022

Best Practise Pengaruh suhu,waktu dan pH KOMBUCHA

Menganalisis pengaruh suhu, pH serta waktu fermentasi pada pembuatan minuman KOMBUCHA   melalui analisis data menggunakan Artificial Intelli...